Rabu, 06 Juni 2012

Radio Saksi Bisu Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia


Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).Ketika kemunculannya pertama kali pada 1920, media penyiaran radio langsung menjadi primadona di masyarakat. Pasalnya, media ini menawarkan penyebaran informasi yang lebih luas, lebih cepat, lebih interaktif, dan lebih menghibur. Sebuah penawaran yang tidak mampu disuguhkan koran dan media massa cetak lainnya ketika itu. Radio pada masa penjajahan merupakan alat yang sangat vital untuk mengumumkan suatu kebijakan atau pengumuman untuk tujuan tertentu. Pada masa itu hanya segelintir orang yang memiliki sebuah radio, sehingga pada saat itu radio merupakan suatu barang yang mewah. Orang-orang akan berkerumun hanya untuk mendengarkan siaran radio. Pada saat proklamasi dikumandangkan peran dari radio sangat vital karena proklamasi disiarkan biar seluruh rakyat Indonesia dan dunia mendengar bahwa tanggal 17 Agustus 1945 telah lahir Republik Indonesia. Radio merupakan alat propaganda yang efektif pada zaman itu. Delapan puluh tahun kemudian, radio masih tetap dikonsumsi masyarakat. Namun, jumlah pendengarnya semakin menurun saja saat ini. Sebabnya, budaya masyarakat dalam mengakses informasi berubah. Seiring perkembangan zaman radio mulai beralih fungsi  yang dulunya sebagai alat hiburan dan propaganda berubah menjadi Aksesoris/hiasan Rumah atau Rumah Makan konsep klasik. Pada zaman kemerdekaan banyak sekali merk-merk radio yang beredar di Indonesia diantaranya adalah : Philips, Erres, Grundig, Telefunken,  Galindra, Ralin, Maphira dll. Radio radio itulah sebagai saksi sejarah akan berdirinya Republik ini sehingga saya pribadi sebagai pecinta barang antik/radio antik menghimbau untuk tidak menjual  barang-barang antik terutama Radio antik keluar negeri agar penanda berdirinya republik ini tidak musnah  dari Negara tercinta ini. Untuk mengetahui tahun pembuatan radio Philips adalah sebagai berikut :
Kode radio tabung merk Philips menggunakan 6 hingga 7 digit kode sebagai identifikasi produknya. 

Penomoran tersebut dimanfaatkan selama 20 tahun, sejak 1946 hingga 1966 :
-- Dekade 1946-1956, urutan nomor diawali oleh 2 huruf (misal BX, BD, BF)
-- Dekade 1956-1966 dengan huruf dan angka (misal B4, B6, L4).
Selepas tahun 1966, Philips pun mengubah sistem penomoran produknya, yakni dengan kode AL, RL. Semisal 90 RL 490, 16 AL 360 / 00R, dan lain-lain.

Metode Penomoran pada Periode : 1946-1956
- Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
- Kode kedua berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
- Kode ketiga berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
- Kode keempat berupa Angka merupakan kode untuk Tahun
- Kode kelima berupa Angka merupakan akhiran
- Kode keenam Catu Daya

Metode Penomoran pada Periode : 1956-1966
- Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
- Kode kedua berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
- Kode ketiga berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
- Kode keempat berupa Angka-Angka merupakan kode untuk Tahun
- Kode kelima berupa Angka merupakan kode untuk Catu Daya
- Akhiran

Berikut maksud dari masing-masing kode tersebut.
1. Urutan pertama : jenis produk
A :Tuner
F : Console
B : Tabletop
N : Radio Mobil
H : Radio dengan Pickup
L : Portabel
P : Portabel / Radio Mobil
T : Televisi

2. Urutan kedua : Kelas harga
Menunjukkan kelas dan harga. Semakin kecil angka nomornya, berarti makin murah dan rendah kelasnya, sebaliknya semakin besar berarti semakin mahal. Kelas juga menunjukkan fasilitas yang menyertainya, misalnya untuk angka 0 (nol) adalah paling murah dan sederhana, tanpa disertai fasilitas apapun. Angka 6 dapat dipergunakan sebagai amplifier. Angka 9 termahal sekaligus memiliki beberapa fasilitas seperti tape recorder dan signal scope.

3. Urutan ketiga : Lokasi perakitan
X : Belanda / Belgia
A: Austria
D: Jerman
S: Swedia
DK: Denmark
E: Spanyol
F : Perancis
SF: Finlandia
G: Inggris Raya
I: Italia
N: Norwegia
W: Amerika Serikat
Pada masa jayanya, Philips memiliki banyak pabrik perakitan elektronik di berbagai negara, hingga dimunculkanlah kode-kode tertentu untuk membedakan asal pabrik perakitan. Yang paling umum adalah kode X, yang merupakan produksi Belanda (juga Belgia). Pasangan huruf dan nomor juga bisa berarti lokasi perakitan, misalnya E-nomor berasal dari Eindhoven, PL-nomor dari Philips Leuven.
Radio dengan kode IN adalah rakitan pabrik Philips di Indonesia.

4. Urutan keempat : tahun pembuatan dan serial
Urutan keempat dan kelima merupakan pasangan nomor dari 00 hingga 99. Angka pertama memperlihatkan tahun pembuatan, sementara angka belakangnya sebagai pembeda dua radio yang memiliki karakteristik sama atau mungkin dibuat pada th yang sama.

5. Urutan kelima : sumber daya
A : Tenaga listrik AC
U : Universal (AC / DC)
B : Baterai
V : Aki
T : Radio transistor dengan baterai voltase rendah
X : Catu daya utama AC atau dengan vibrator DC
Z : Gabungan aki / soket
Radio dgn kode A berarti dapt langsung dicolokkan ke listrik rumah. Perhatikan, untuk kode U radio tersebut dapat menggunakan AC maupun DC (90 Volt DC). Huruf V umumnya adalah radio mobil. Kode huruf X berarti radio tersebut memiliki catu daya utama AC, tetapi dapat dinyalakan dengan catu daya DC melalui vibrator (semacam tenaga cadangan, fungsinya mirip baterai).

6. Urutan Terakhir : akhiran penutup
Akhiran (bisa berupa garis miring atau nomor) adalah kode tambahan, dan bisa juga berarti apa saja. Misalnya sebagai kode perbaikan teknis, tingkat pengembangan, besar frekuensi daya listrik, kode modifikasi, maupun produk untuk pasar tertentu.
Mari kita praktekkan, radio Philips dengan nomor seri B6X61A/01, dapat diartikan :
B = Jenis radio
6 = Kelasnya
X = Negara Perakit
61 = Tahun (depan) - Serial (belakang)
A = Catu Daya
01 = Akhiran
Jadi ia adalah Philips model table top, klas VI (biasanya memiliki fungsi untuk input piringan hitam/phono) dirakit di Belanda pada tahun 1956, menggunakan catu daya listrik AC.
Misalnya lagi nomor seri L4X24T, maka produk itu adalah radio jinjing (portabel) dengan komponen transistor, bertenaga baterai, yang dirakit di Belanda pada tahun 1962. Nah untuk radio Roti, misal BIN318U dapat diterjemahkan sebagai berikut:
B = jenis radionya (Table top alias ditaroh di atas meja)
IN = Rakitan Indonesia
3 = radio ini berada di kelas III kualitasnya
1 = dibuat sekitaran 1951
8 = akhiran yg berfungsi utk membdakn dg tipe radio roti lainnya yg diproduksi pada thn yg sama
U = Catu daya, u berarti UNIVERSAL, berarti bisa AC (127V) bisa DC (90V)
Dimana lokasi informasi di atas?
Lihat bagian belakang radio (rear cover), ada tutup karton keras. Biasanya karton tersebut memiliki semacam lubang jendela kecil yang langsung memperlihatkan secarik kertas yang menempel di rangka mesin.
Angka yang tersedia adalah (untuk radio Philips)
-- tegangan kerja dalam volt
-- frekuensi kerja dalam hertz
-- nr seri produksi
-- nr tipe radio (nah seperti diuraikan di atas)
-- daya konsumsi dalam watt
( Forum Detik)
Semoga tulisan sederhana ini berguna untuk paran pecinta Besi Tua…….STOP PENJUALAN BARANG ANTIK KE LUAR NEGERI!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Radio Yang Paling digemari Kolektor Radio







Tidak ada komentar:

Posting Komentar